TEMPO.CO, Lumajang-Badan
Antariksa Jerman (DLR) memberikan bantuan pemetaan daerah rawan bencana tsunami
di pesisir selatan Pulau Jawa. Bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Lembaga Penelitian Antariksa LAPAN), Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), DLR mulai memonitor implementasi sistem
peringatan dini tsunami di Kabupaten Lumajang.
Benny Usdianto, National Advisor, GIZ Project for Training,
Education and Consulting for Tsunami Early Warning System (PROTECTS), lembaga
Internasional milik Jerman untuk Indonesia, mengatakan pemetaan bahaya tsunami
serta penentuan titik evakuasi sudah dilakukan di beberapa daerah di Jawa Timur
di antaranya, Pacitan, Tulungagung, Blitar dan Malang. Saat ini, pemonitoran
tengah dilakukan di Lumajang.
Dua daerah lainnya yakni Jember dan Banyuwangi, kata Benny, akan
menyusul. Untuk Jawa Tengah dan Jawa Barat, kata Benny, sudah selesai
dilakukan. Menurut dia, selama di Kabupaten Lumajang, pihaknya akan
berkoordinasi dan membahas bersama pihak-pihak terkait di Lumajang. Koordinasi
itu untuk membahas peta bahaya tsunami, perencanaan evakuasi korban tsunami dan
pengembangan konsep rantai peringatan bahaya tsunami.
"Karena itu, kami akan melakukan observasi terhadap lokasi di
lapangan terkait penyusunan rencana evakuasinya," kata Benny.
Benny mengatakan peta rawan tsunami diharapkan selesai tahun ini
sehingga bisa dijadikan rujukan. Benny mengatakan, kalau di lepas pantai
pesisir Selatan ini terdapat lempengan yang beresiko bisa menimbulkan tsunami
ketika terjadi pergeseran lempeng yang menimbulkan gempa.
Menurut dia, tidak ada yang tahu kapan tsunami akan terjadi. Hanya
saja, dia mengingatkan, kalau tsunami pernah terjadi di Banyuwangi dan
Pangandaran. »Dan kejadian saat itu juga tidak bisa diprediksikan. Tsunami itu
tidak ada orang yang tahu. Terjadi secara tiba-tiba," katanya.
Warga di pesisir selatan Jawa Timur, kata dia, saat ini memang
hidup di atas lempeng yang aktif. Karenanya, perlu kesiapsiagakan. Apalagi
sudah lama tidak ada gempa hingga menimbulkan tsunami di Jawa Timur.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang,
Rochani, mengatakan kalau kegiatan ini merupakan tindak lanjut pokja tsunami
BPBD Propinsi Jawa Timur yang sebelumnya digelar di Malang. Menurutnya,
sedikitnya 84 dusun di sepanjang 70 kilometer pesisir selatan belum memiliki
perangkat alat peringatan dini tsunami.
DAVID PRIYASIDHARTA