Thursday 30 August 2012

Badan Antariksa Jerman Sumbang Peta Rawan Tsunami




TEMPO.CO, Lumajang-Badan Antariksa Jerman (DLR) memberikan bantuan pemetaan daerah rawan bencana tsunami di pesisir selatan Pulau Jawa. Bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga Penelitian Antariksa LAPAN), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), DLR mulai memonitor implementasi sistem peringatan dini tsunami di Kabupaten Lumajang.
Benny Usdianto, National Advisor, GIZ Project for Training, Education and Consulting for Tsunami Early Warning System (PROTECTS), lembaga Internasional milik Jerman untuk Indonesia, mengatakan pemetaan bahaya tsunami serta penentuan titik evakuasi sudah dilakukan di beberapa daerah di Jawa Timur di antaranya, Pacitan, Tulungagung, Blitar dan Malang. Saat ini, pemonitoran tengah dilakukan di Lumajang.
Dua daerah lainnya yakni Jember dan Banyuwangi, kata Benny, akan menyusul. Untuk Jawa Tengah dan Jawa Barat, kata Benny, sudah selesai dilakukan. Menurut dia, selama di Kabupaten Lumajang, pihaknya akan berkoordinasi dan membahas bersama pihak-pihak terkait di Lumajang. Koordinasi itu untuk membahas peta bahaya tsunami, perencanaan evakuasi korban tsunami dan pengembangan konsep rantai peringatan bahaya tsunami.
"Karena itu, kami akan melakukan observasi terhadap lokasi di lapangan terkait penyusunan rencana evakuasinya," kata Benny.
Benny mengatakan peta rawan tsunami diharapkan selesai tahun ini sehingga bisa dijadikan rujukan. Benny mengatakan, kalau di lepas pantai pesisir Selatan ini terdapat lempengan yang beresiko bisa menimbulkan tsunami ketika terjadi pergeseran lempeng yang menimbulkan gempa.
Menurut dia, tidak ada yang tahu kapan tsunami akan terjadi. Hanya saja, dia mengingatkan, kalau tsunami pernah terjadi di Banyuwangi dan Pangandaran. »Dan kejadian saat itu juga tidak bisa diprediksikan. Tsunami itu tidak ada orang yang tahu. Terjadi secara tiba-tiba," katanya.
Warga di pesisir selatan Jawa Timur, kata dia, saat ini memang hidup di atas lempeng yang aktif. Karenanya, perlu kesiapsiagakan. Apalagi sudah lama tidak ada gempa hingga menimbulkan tsunami di Jawa Timur.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang, Rochani, mengatakan kalau kegiatan ini merupakan tindak lanjut pokja tsunami BPBD Propinsi Jawa Timur yang sebelumnya digelar di Malang. Menurutnya, sedikitnya 84 dusun di sepanjang 70 kilometer pesisir selatan belum memiliki perangkat alat peringatan dini tsunami.
DAVID PRIYASIDHARTA


Read More